Iklan

Friday 28 October 2016

Surat Al-Ma’idah ayat 51 beserta arti dan tafsirnya




Surat Al-Ma’idah adalah surat  yang ke 5 dalam Al-Qur’an setelah surat An-Nisa dan termasuk suarat Madaniyah atau suarat yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw setelah Nabi dan para sahabat yang tergabung dalam Barisan Muhajirin Hijrar ke kota Yatsrib yang kemudian dikenal dengan nama Madinatul Munawaroh atau kota yang bercahaya karena dari Madinahlah ahirnya dapat berkembang dengan pesat setelah sebelumnya lebih kurang 13 tahun nabi berdakwah diMekah  kurang  mendapat sambutan dari penduduknya kecuali sebagian kecil saja.

Arti  Al-Ma’idah  sendiri adalah Hidangan dimana nama surat ini diambil dari ayat 112 yang didalamnya menjelaskan tentang pengikut nabi Isa as yang memohon agar nabi isa berdo’a kepada Alla swt supaya  menurunkan hidangan buat mereka dari langit.

إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya : (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman".   

Dalam kesempatan ini kita akan membahas tentang ayat 51 diamana ayat ini menjelang pilkada ramai dibicarakan  baiaklah kita mulai saja dengan pemahaman tentang Al-Ma’idah ayat 51.

Sebagaimana telah kita ketahui Al-Maidah berarti hidangan yang dimasa nabi Isa berarti hidangan atau makanan jasmani dari langit maka untuk kita Al-Qur’an dan ayat-ayatnya bermakna hidangan ruhani atau spiritual.

Lalu  apa makna angka ayat 51ini,  berdasarkan awal ayat panggilan yang tersebut dalam ayat itu adalah orang yang beriman maka 51 dapat kita artikan dengan :
5 berarti 5 rukun islam
1 berarti rukun Ihsan
Kemudian Jumlah angka  5+1 = 6 berarti rukun Iman yang 6

Qs. Al-Maidah ayat 51

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.”

Tafsir ayat tersebut diatas dapat kita fahami beberapa pokok kandungan penggalan kalimat sebagai berikut :

1.      Kalimat “Hai orang-orang yang beriman” mengindikasikan bahwa ayat ini berupa seruan khusu kepada orang yang beriman kepada rukun iman saja sedangkan manusia secara umum tidak dipanggil karena itu maka orang yang masih ada iman didalam dadanya termasuk orang yang mendapat seruan ini.

2.      Kalimat “ janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.” Adalah kalimat perintah larangan, yaitu perintah untuk mnjauhi atau tidak melakukan perbuatan dalam hal ini adalah mengangkat pemimpin atau wali dari kalangan orang Yahudi atau Nasrani.

3.      Mengapa orang beriman dilarang mengambil wali orang Yahudi atau nasrani menjadi pemimpin orang beriman? Disana juga dijelaskan bahwa “sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain”. Artinya orang yahudi itu pemimpin buat orang yahudi dan orang Nasrani pemimpin buat orang Nasrani ini bermakna orang islam harus dapat bertoleransi dengan orang Yahudi dan Nasrani bahwa mereka berhak juga memimpin umatnya sekaligus bagi orang yang beriman bermakna konsisten dengan keimanannya untuk mengambil pemimpin dari orang yang beriman juga.

4.      Kalimat “ Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” Artinya Orang beriman bila ingin disebut orang yang benar-benar beriman tidak bermental ganda disatu sisi mengaku beriman namun disisi lain enggan atau menolak panggilan Allah untuk mentaati seruannya.

Qs. Al-Baqoroh (2) : 120

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
Artinya : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟ متفق عليه واللفظ للبخاري 

Artinya : Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh-sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga jika mereka masuk ke liang dhobb niscaya kalian juga akan mengikutinya”. Kami bertanya, Wahai Rasulullah apakah yang engkau maksudkan orang Yahudi dan Nasrani? Beliau bersabda, “Siapa lagi(kalau bukan mereka)?”(Muttafaqun 'alaih, sesuai redaksi Bukhari)

5.      Dan akhirnya ayat ini ditutup dengan kalimat “sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.” Allah tidak senang kepada orang yang mengaku beriman tapi tidak menyambut seruannya dengan ikhlas.

Intinya Qs. Al-Ma’idah ayat 51 memerintahkan agar orang beriman itu :
1.      Dapat bertoleransi kepada perbedaan
2.      Komitmen untuk berpegang teguh menta’ati seruan Allah swt
3.      Dan konsekwensi atau tanggung jawab atas pilihan hidup
Demikian semoga bermanfa’at Wawlohu a’lam bishowab, terimaksih

Wassalam,