Iklan

Sunday 10 December 2017

Hukum wanita menjadi Imam shalat berjam'ah





Imam wanita huffingtonpost.com

_Dilansir dari Voanews.com_, adalah Rabi'ah keeble seorang ketua masjid Qolbu Mariam di berkeley, california yang  baru sepuluh tahun memeluk islam menggagas pelaksanaan sholat berjama'ah untuk bersama-sama antara pria dan wanita  disatu tempat tanpa hijab dan tanpa aturan shaf yang benar sesuai yang diajarkan nabi Muhammad saw, dalam pandangannya pria dan wanita tidak mesti dibedakan untuk sama-sama mengagungkan Allah swt.

Dasar wanita boleh menjadi Imam shalat berjam'ah


Sumber : _illinoissocial.blogspot.com_

Wanita boleh dan tidak dilarang  menjadi Imam sholat berjama'ah bila makmumnya terdiri dari para wanita saja tanpa kehadiaran laki-laki dalam jama'ah tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan  Daruqutni bahwa " Nabi Muhammad saw menyuruh Ummu Waraqah untuk menjadi imam sholat bagi keluarganya dirumah " 

Dilarangnya wanita menjadi Imam Shalat berjam'ah

Bila Jam'ah sholat terdiri dari laki-laki dan perempuan maka yang boleh menjadi imam adalah laki-laki karena laki-laki adalah pemimpin wanita (Arrijalu kowamuna 'ala nisa), selain itu dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda : "Shaf terbaik untuk laki-laki adalah shaf pertama (depan), dan shaf terburuk bagi mereka adalah shaf terakhir, sedangkan shaf terbaik untuk perempuan adalah shaf terahir (belakang) yang yang terburuk buat mereka adalah shaf pertama", (Hr. Muslim)


sumber : _khaleejtimes.com_

Dari Hadist tersebut jelas menerangkan bagaimana aturan shaf dalam sholat berjam'ah bila dihadiri laki-laki dan perempuan, sekaligus menegaskan tidak pantasnya seorang perempuan berada didepan laki-laki untuk menjadi imam karena akan menimbulkan nafsu syahwat bagi laki-laki sehingga akan merusak sholatnya,

Perbuatan para sahabat


sumber : _alittihad.ae_

Sahabat, orang lebih mengenal Rasul tidak ada satupun dari mereka yang pernah menjadi imam sholat berjama'ah kecuali  Umu Warokah yang diperintah rasul untuk mengimami keluarganya yang perempuan shalat dirumahnya,

bahkan Istri Rasul sendiri SIti Aisyah  sebagai umul mukminin (Ibunya orang beriman) dan pernah  memimpin pasukan kaum muslimin dalam peristiwa perang Jamal, namun  tidak pernah sekalipun menjadi  imam shalat bagi shabat laki-laki, sedangkan beliau adalah manusia  yang agung kekasih Rasulullah yang sangat dicintainya, sangat aneh apa yang terjadi di masjid  Qolbu Maryam california itu, jika tidak disebut menyimpang, apakah wanita mereka lebih mulia dari istri Rasul saw?.  

Thursday 26 October 2017

Keutamaan Mengajar dalam Al-Qur’an dan Hadist


Keutamaan mengajar dalam Qur'an dan hadits. Gb .UnderstandQuran.com

Tidak semua orang bisa mengajar  dan tidak semua orang yang bisa mengajar mau mengajarkan ilmunya  dan tidak  semua orang  yang mengajarkan ilmunya melaksanakannya dengan ikhlas itu sebabnya guru diistilahkan dengan pahlawan tanpa tanda jasa karena mengharap keridhaan Allah swt

Tidak semua orang menjadi guru tapi semua orang punya guru, apapun profesinya pasti punya guru, namun ketika berhasil banyak yang  melupakan gurunya  untuk itulah guru jangan mengabdi dan mengharap balasan dari manusia tapi mengabdi dan menggantungkan harapkan hanya kepada yang maha kuasa agar tidak menyesal atau kecewa.

Ayat Al-Qur’an dan hadist tentang menyebarkan  ilmu

Allah SWT berfirman :

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

Artinya : “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”(Qs. Al-Baqoroh(2):151)

Ibnu Abbas berkata, "Jadilah kamu semua itu golongan Rabbani, yaitu (golongan yang) penuh kesabaran serta pandai dalam ilmu fiqih (yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum hukum agama), dan mengerti."

Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud "Rabbani"' ialah orang yang mendidik manusia dengan mengajarkan ilmu pengetahuan yang kecil-kecil sebelum memberikan ilmu pengetahuan yang besar-besar (yang sukar). (H.r. Bukhori)

Dari Urwah, dia berkata, "Kami diberi keterangan,  Abdullah bin Amr bin Ash, (maka saya mendengar dia) berkata, 'Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (agama) dengan serta-merta dari hamba-hamba Nya. Tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan (mematikan) ulama, sehingga Allah tidak menyisakan orang pandai.

Maka, manusia mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu, mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu. (Dan dalam satu riwayat: maka mereka memberi fatwa dengan pikirannya sendiri). Maka, mereka sesat dan menyesatkan." (H.r. Bukhori)

Ali r.a. berkata, "Hendaklah kamu menasihati orang lain sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Adakah kamu semua senang sekiranya Allah dan Rasul-Nya itu didustakan sebab kurangnya pengertian yang ada pada mereka itu?"

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Di antara tanda-tanda hari kiamat ialah diangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, banyak yang meminum arak, dan timbulnya perzinaan yang dilakukan secara terang-terangan. (HR.Muslim)

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.    (HR. Ar-Rabii')

Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka ... neraka. (HR. Tirmidzi   dan Ibnu Majah)

Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu raka'at. (HR. Ibnu Majah)

Thursday 21 September 2017

Cara berbakti kepada orang tua dan kisah Uwais Al-Qorni



Cara berbakti kepada orang tua  dan  Kisah Uwais Al-Qorni  

Cara berbakti kepada orang tua 

Keberadaan manusia, anak cucu keturunan  nabi Adam as dimuka bumi ini tidak terlepas dari keberadaan orang  tua, dan orang tua yang baik niscaya mereka mengharapkan kelahiran anak-anak keturunan yang baik, yang akan meneruskan perjuangan dan cita-citanya. 

Sebab itu mereka akan senang hati menyambut kelahiran, mengurus, menjaga, mendidik dan memenuhi kebutuhan  putra-putrinya,  agar kelak meraka mampu untuk hidup mandiri dan bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya.

Sehebat apapun seorang anak, sesukses apapun dia, setinggi apa pun kedudukan dan jabatannya, sebanyak apapun harta yang  dimilikinya, sepandai apapun kepintarannya  bahkan seluas apapun kekuasaannya tetap saja harus disadari bahwa semua kebaikan dan kemuliaan yang disandangnya saat ini tidak lain adalah karena karunia Allah dengan perantara kedua orang tua yang melaksanakan kewajiban dengan baik dan memenuhi hak anak-anaknya hingga ia lahir dan meraih kesuksesan.   

Karena itu seorang anak memiliki kewajiban tertentu yang harus dilakukan terhadap kedua orang tuanya, bukan untuk membalas budi jasa orang tua melainkan untuk melaksanakan kewajiban yang Allah perintahkan sebagai rasa Syukur telah dikarunia orang tua yang baik, karena sebesar apapun balas jasa anak kepada orang tua tetap tidak akan terbayarkan.

Allah SWT berfirman dalam(Qs.Luqman(31):14)

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Qs.Luqman(31):14)

Apa saja kewajiban anak terhadap orang tua? Setidaknya ada beberapa kewajiban anak terhadap orang tua yang harus dilakukan yaitu:

1. Menjawab Jika dipanggil.
Menjawab panggilan orang tua dengan baik dan kata-kata yang santun adalah kewajiban anak kepada orang tua bila dia memanggilnya. Menjawab panggilan  sepertinya perkara yang  mudah dan dapat dilakukan setiap orang, untuk itu sesibuk apapun kita hendaknya diusahakan untuk dapat menjawab panggilan mereka, 

Karena bisa saja terjadi ketika anak tidak menjawab panggilan orang tuanya, sementara orang  tua tidak mengetahui kondisi anak sedang melakukan apa, dia merasa tidak dihargai yang kemudian keluar kata-kata yang tidak baik dan mendo’akan keburukan, sedangkan kemurkaan orang tua adalah murka ALLAH juga.

2. Mentaati Perintah Orang tua

Mentaati perintah kedua orang tua adalah perintah yang baik dan benar, ketika orang tua memerintahkan untuk berbuat dosa atau maksiat lebih-lebih perintah tersebut untuk mempersekutukan Allah maka kewajiban mentaati mereka tidak dapat dibenarkan sebab ketaatan kepada mahluk tidak boleh dilakukan bila untuk bermaksiat kepada sang Kholiq namun demikian penolakan seorang anak yang diperintahkan tersebut tetap dilakukan dengan cara-cara yang baik dan santun serta dengan menggunakan argumen yang benar.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. Lukman(31) : 15)

3. Berbicara dengan kata-kata yang mulia

Salah satu tanda kesolehan seorang anak adalah ketika berbicara dengan orang tuanya dia mampuh untuk berkata-kata dengan tutur kata yang baik dan mulia, walupun keakraban terjalin begitu dekat, namun tetap dapat memilih dan menggunakan kalimat yang tepat tidak sampai menggunakan kata-kata yang tidak pantas seperti kata-kata kotor, cemooh, cacimaki Bahkan dalam Al-Qur’an Allah SWT melarang seorang anak untuk berkata keras membentak.
 
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Isro (17) : 23)

4. Memberi makan dan pakaian kepada Orang tua

Bagi orang tua yang mampu dan berkecukupan, memberi makan kepada mereka tentulah bukan sesuatu yang sangat diharapkannya, namun sesekali kita membawakan makanan yang gemari dengan gembira dan ikhlas tentu tetap menjadi kebahagiaan, walupun mereka tidak mengharapkan bawaan oleh-oleh karena ia dapat merasakan adanya perhatian dan kasih sayang dari anaknnya, 

Namun  ada kalanya diantara kita mempunyai orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga untuk mencari sesuap nasi pun mereka bekerja keras sementara merasa sungkan / malu meminta uluran dari anaknnya,  padahal mereka sangat membutuhkan pengertian uluran tangan putra-putrinya yang sudah mampu, oleh karena itu sebagai mana mereka lebih mengutamakan anaknya makan daripada dirinya ketika anak-anaknya masih kecil sangat wajar bila anak yang berkecukupan untuk mencukupi kebutuhannya baik makanan maupun pakainnya.

5. Berkhidmat melayani Orang tua 

Seorang yang mempunyai posisi penting di kantor atau dimasyarakat tidak akan berkurang kedudukannya dengan merendahan diri dan berhidmat melayani kepada orang tuannya bahkan  akan menambah kemuliaannya, berkhidmat melayani orang tua dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari bertutur kata yang mulia , menjenguknya bila rumah orang tua jauh namun masih terjangkau atau sekurang-kurangnya menanyakan keadaannya, 

Tidak mendahuluinya ketika jalan bersama, menolongnya dari berbagai kesulitan, tidak melakuan perbuatan yang tidak disukai oleh mereka (bukan perintah Allah dan Rasulnya), mencukupi kebutuhannya bila diberi kemampuan sampai mengobati bila keduanya atau salah satu dari keduannya sakit  adalah bentuk dari kehidmatan anak kepada orang tua. 

6. Mendo’akan  kedua Orangtua 

Kewajiban yang tidak kalah pentingnya yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuannya adalah mendo’akan kebaikan dan ampunan keduannya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, kewajiban ini akan tatap ada selama anak masih diberikan kehidupan oleh Allah SWT minimal setiap kali selesai sholat fardu lima waktu setiap kita berdoa untuk diri kita sendiri jangan sampai lupa untuk mendoakan keduannya. Sebagaiman Allah SWT perintahkan 

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(Qs. Al-Isro(17) : 24)

Kita dapat belajar kepada seorang sahabat Rasul yang namanya begitu terkenal dilangit karena telah begitu sungguh- sungguh dan ikhlas berbakti kepada orang tuannya, dia tidak lain adalah Uwais Al Qorni.   

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepada Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. 
Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya sekalipun perintah itu berat dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh memenuhinya dan salah satu permintaan yang berat tersebut adalah keinginan ibu untuk menunaikan ibadah haji.
"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. 
Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu.

Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh. Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. 
Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais untuk menggendong lembu tersebut . Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa perubahan beratnya.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. 
Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."
Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua."
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)