Iklan

Sunday 27 August 2017

Adab Berdo'a dan cara Allah mengabulkan do'a



Adab berdo’a yang baik  dan Cara Allah  swt Mengabulkan Do'a 
   
Gambar Adab berdo'a dan cara Allah mengabulkan do'a
Berdo’a artinya meminta kebaikan kepada Allah SWT dengan harapan hajatnya atau keinginannya terpenuhi dan menjadi kenyataan, berdo’a termasuk ibadah yang diperintah Allah sehingga siapapun yang berdo’a kepadanya akan mendapatkan pahala bila dilakukan dengan ikhlas,

namun berdo’a tidak dimaksudkan untuk mengatur Allah swt agar memenuhi segala keinginannya dalam do’a, karenanya dalam berdo’a kita boleh meminta berbagai macam kebaikan namun Allah lebih mengetahui kebutuhan dan kebaikan yang sebenarnya untuk hamba-hamabnya yang berdo’a tersebut.

Firman Allah SWT Qs. AL-Mukmin(40) : 60

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya : “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".( Qs. AL-Mukmin(40) : 60)

Dalam ayat tersebut jelas sekali menunjukan adanya kepastian bahwa siapapun yang berdo’a akan diperkenankan Allah SWT, namun dalam faktanya banyak orang yang sudah bersungguh-sungguh berdo’a masih saja mengeluh bahwa do’a nya tidak dikabulkan sehingga ada ke engganan untuk terus berdo’a dan merasa sia-sia saja yang pada akhirnya berputus asa.

Dalam menyikapi kasus seperti ini kita harus pandai dan bijaksana yaitu dengan memahami bagaimana cara Allah mengabulkan dan menjawab do’a dari hamba-hambanya, 

menurut para ulama bahwa Allah SWT mengabulkan do’a dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan mengabulkan do’a seperti apa yang dinginkan dalam waktu yang cepat didunia ini,

kedua terkabulnya do’a dengan terhindarnya ia dari bala bencana dan mengganti dengan yang lebih baik dari apa yang dimintannya, 

dan yang ketiga  ditundannya pengabulan tersebut didunia dengan pahala yang besar dan berlipat ganda di akhirat sebagai gantinya, sehingga ia akan merasa heran dan takjub dengan pahala tersebut sebab sebelumnya selama hidup didunia menurut keyakinannya belum pernah dia melakukan suatu ibadah yang luar biasa.

Dengan kita memahami cara Allah SWT mengabulkan do’a maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berdoa dan kita bisa belajar dari kesabaran dan keikhlasan hamba-hamba Allah yang tidak menyerah berdo’a

 Baca juga : Kisah Do'a tiga pengembara yang terjebak dalam go'a

Wednesday 9 August 2017

Tiga Sifat Mental Manusia Dalam Beribadah



Tiga sifat mental manusia dalam Ibadah kepada Allah swt 

Tiga sifat mental manusia ber ibadah
Ikhlas ibadah berarti  memperhambakan diri kepada Allah SWT dengan mentaati dan melaksanakan segala perintah-perintah dan anjuran-anjurannya, serta menjauhi segala larangan-larangannya karena mengharap keridhoaan Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan dengan penuh tanggung jawab disertai prasangka baik 

Bahwa semua perintahnya dan larangannya adalah kebaikan semata dengan dasar keyakinan bahwa tidak mungkin Allah memerintahkan bila tidak ada kebaikannya dan tidak mungkin pula Allah SWT melarang  bila itu tidak mendangkan keburukan.

Jin dan manusia sudah digariskan dalam Al-Qur’an untuk beribadah kepadanya sebagaiman Allah SWT jelaskan dalam Qs. Adz-dzariyat(51) ayat 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”  (Qs. Adz-dzariyat(51) ayat 56)

Dari ayat tersebut jelas menunjukan bahwa baik jin maupun manusia diciptakan Allah hanya untuk ibadah saja, karena itu dapat kita fahami bahwa ibadah bukan hanya sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah lain yang telah rutin dilakukan umat islam, 

namun secara umum dapat diartikan bahwa yang dimaksud ibadah disini adalah seluruh aspek atau  kegiatan hidup kita mulai dari  bangun tidur, bekerja, menuntut ilmu  sampai tidur lagi bahkan tidur itu sendiripun dapat bernilai ibadah apabila dilakukan dengan ikhlas dan benar, 

sehingga ada suatu ungkapan: “tidurnya orang yang alim lebih baik dari ibadahnya orang yang jahil”, hal ini disebabkan karena orang alim tidurnya untuk ibadah sedangkan ibadahnya orang jahil karena taklid buta.      

Menurut sebagian  ulama ada tiga macam sikap mental yang mendorong seseorang untuk beribadah kepada Allah yaitu mental budak, mental pedagang dan mental pecinta. 

1.     Mental sifat budak

Mental budak berarti orang yang beribadah kepada Allah SWT karena takut akan siksanya dan takut akan nerakanya  sebagai mana takutnya seorang budak kepada majikannya bila tidak melaksanakan tugasnya dengan baik akan mendapatkan hukuman atau siksaan, sikap mental semacam ini didalam beribadah tentu bukan perkara yang  dilarang Allah SWT selama takut tersebut karena Allah SWT.

Firman Allah dalam Al-Qur’an

إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Artinya : “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku(Allah SWT), jika kamu benar-benar orang yang beriman.”  (Qs.Ali Imron(3): 175)

2.     Mental sifat Pedagang      
     
Sikap mental kedua adalah mental pedagang yang mau beribadah kepada Allah bila mendapatkan untung berupa pahala yang banyak dan surganya Allah sebagaimana keinginannya mendapat untung  ketika dia menjual barang dagangannya, sikap mental seperti inipun tidak dilarang selama ibadahnya dimaksudkan untuk mendapat keuntungan dari kemurahan atau pemberian Allah SWT semata karena Allah juga yang telah menjanjikannya, firman Allah dalam Qs.Al-Ma’idah(5) : 9

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ

Artinya : “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”  
  
3.     Mental Sifat pecinta

Dan sikap mental yang ketiga yaitu sikap orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan dasar cinta, dia tidak melihat hukuman atau siksa neraka dan tidak pula melihat hadiah pahala syurga, semua dilakukan atas dasar kesadaran yang tinggi, rasa syukur yang besar dan kerelaan yang tulus 

karena  telah mengenal keagungan Allah dengan baik sehingga ingin selalu berbuat yang terbaik agar selalu bisa dekat dan bertemu dengan Allah serta selalu ingat kepada Allah, dan hatinya menjadi tentram bila mengingatnya sebagai pertanda ada cinta dihatinya Qs. Ar-Ra’d(13) :28.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

 Sikap yang ketiga inilah sikap yang terbaik dan kita hanya bisa belajar dari manusia terbaik yaitu Nabi Muhammad SAW dalam suatu hadist yang diriwatkan dari Aisyah ra.

Baca : amalan yang bernilai pahala ibadah haji
 
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu berdiri untuk bersembahyang malam, sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya. Saya berkata kepadanya: "Mengapa Tuan mengerjakan sedemikian ini, ya Rasulullah, padahal sudah diampunkan untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang dahulu dan yang kemudian?" beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah saya ini seorang hamba yang banyak bersyukur." (Muttafaq 'alaih)   

Thursday 20 July 2017

Amal yang pahalanya seperti ibadah haji



Lima amalan ibadah yang mudah memiliki nilai pahala seperti ibadah haji


Amal yang pahalanya seperti ibadah haji
Ibadah haji merupakan  rukun islam kelima yang wajib dikerjakan oleh umat islam yang mampu menjalankannya baik itu biaya, kesehatan maupun keamanan diperjalanan bila telah mampu namun dengan sengaja menunda-nunda hingga meninggal dunia maka matinya orang tersebut dalam keadaan Yahudi atau Nasrani

Sementara bagi yang belum memiliki kemampuan tidak diwajibkan  menjalankannya melainkan harus ada niat dalam hati bila Allah swt memberikan kemampuan akan menunaikannya. dan sebelum hajinya terlaksana maka sangat baik bila mengamalkan amalan ibadah yang nilai pahalanya seperti orang yang pergi haji ke Baitullah di Mekah.

1. Menghadiri Majlis Ilmu di Masjid

Menuntut ilmu merupakan kewajiaban baik muslimin maupun muslimat (laki-laki atau perempuan) karena dengan ilmu kita akan dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah  serta akan dapat berbagai macam kemuduhan  baik urusan dunia maupun akhirat, demikan besar manfaat  menuntut ilmu sampai-sampai nabi Muhammad saw menjelaskan:
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

2. Membaca Tasbih, Tahmid dan Takbir tiap selesai shalat

Dimasa Rasul para sahabat yang miskin mengadu karena  mereka tidak bisa bershodaqoh, berjihad  atau berhaji sebagaimana yang dilakukan oleh orang kaya maka rasul mengajari mereka tiga kalimat yang nilai pahalanya seprti orang yang bersodaqoh, berjihad atau berhaji yaitu Tasbih (subhanallah), tahmid  (al hamdulillah) dan takbir (Allahu Akbar)  setiap selesai shalat masing masing 33 X (Hr. Bukhori)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.

Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 843).

3. Sholat lima waktu berjam'ah di Masjid

Sholat lima waktu  bagi laki-laki sangat di anjurkan untuk dilaksanakan  secara berjamaah di masjid  kecuali ada halangan  seperti sakit atau hujan lebat, dalam hadist riwayat Tabrani dijelaskan bahwa "siapa  yang berjalan ke masjid untuk shalat wajib maka pahalanya seperti haji dan siapa yang sholat sunah maka seperti umroh yang sunah".

Dalam hadits lainnya, dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ

Artinya : “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih).” (HR. Abu Daud, no. 558; Ahmad, 5: 268. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

4. Menjalankan Shalat Isyraq di Masjid

 Shalat isyrak adalah sholat yang dikerjakan ketika matahari telah  terbit dengan cahaya yang  jelas dengan warna merah telah hilang , sholat ini dilakukan dengan cara setelah sholat subuh tidak pulang dulu  melaikan  tetap di dalam Masjid berzikir atau  tadarus  sampai datangnya waktu Isyraq  baru kemudian sholat, pahala yang dijanjikan rasul dalam hadis yang diriwayatkan Thabrani dari Abu umamah seperti orang yang haji atau umroh yang sempurna.

Dalilnya adalah dari hadits dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat Sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 469 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi atau shahih dilihat dari jalur lainnya)

5. Berbakti kepada  kedua orang tua

Dari anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda "bertaqwalah kepada Allah dengan berbuat baik pada ibumu, jika engkau berbuat baik kepadanya maka statusnya adalah seperti berhaji, berumroh dan berjihad" (Hr.Tabrani),  hadis ini merupakan jawaban nabi kepada seseorang yang ingin berjihad namun masih mempunyai ibu yang lebih membutuhkan keberadaannya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ ، قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ : أُمِّي ، قَالَ : فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ ، وَمُعْتَمِرٌ ، وَمُجَاهِدٌ ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا

“Ada seseorang yang mendatangi Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup.

Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 5/234/4463 dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman 6/179/7835.

baca : macam-macam sifat mental manusia dalam beribadah

itulah  lima amalan ibadah yang memiliki nilai pahala seperti ibadah haji, semoga manfaat.

sumber : 

rumaysho.com